Senin, 16 Juli 2012

Aya-aya wae...

Setelah sempat kecewa dengan smartfren akibat kurang teliti membaca sms (paket internet yang saya kira sudah terdaftar ternyata belum, abis dah pulsa 100 ribu yang baru saya isi), akhirnya saya “menyerah” juga dengan membeli kembali paket internet-nya pada keesokan harinya walaupun cuma yang 45 ribu. Saya menumpahkan kekesalan dengan browsing sepuasnya. Sampai saya menemukan laman dari majalah detik yaitu di www.majalahdetik.com (sebelumnya saya hanya tahu majalah digital ini ada di halaman utama detik.com). Dilaman tersebut anda bisa mendapatkan majalah gratis dari edisi terbaru sampai edisi yang terdahulu. Setelah membaca beberapa edisi, saya menilai berita yang disampaikan cukup berimbang dan sangat menarik untuk dibaca. 
Ada berita yang menurut saya cukup menggelitik di Majalah detik edisi 16-22 Januari 2012, dimana antar sesama anggota DPR saling jualan “ikan“ (kamsudnya apa nih??). Ceritanya bermula ketika Sutan Batoegana ( tau khan politisi partai demokrat yang pede abis gitu deh) tidak ada angin tidak ada hujan, Sutan melemparkan dagangannya, ikan salmon, ke partai tetangga, Partai Golkar dan PKS. Salmon yang dimaksud Sutan adalah kepanjangan dari intelektual kagetan asal ngomong. Politisi ‘ikan salmon’ yang dimaksudnya adalah orang-orang yang terus memasalahkan audit forensik Bank Century. “Ikan salmon adalah label untuk intelektual kagetan yang asal bicara. Asal tampil beda saja, pokoknya hajar terus,” katanya. 
Menanggapi hal tersebut politisi yang merasa tersindir dari partai golkar Bambang Soesatyo gantian meledek Sutan dengan ikan teri asin yang artinya asal teriak sana-sini. “Mulutnya asin, kayak ikan teri asin. Intelektual kagetan teriak sana-sini” ujarnya. Begitupun dari PKS, ditanggapi oleh Nasir Jamil dengan menyebut Partai Demokrat sebagai ikan piranha. “PD seperti ‘Piranha’, iya lah karena pikiran, hati, dan bicara suka beda,” tuturnya. Hal ini kemudian mendapat balasan dari Politisi Partai Demokrat Gede Pasek Suardika dengan menyebut mereka yang terus ribut soal Century sebagai politisi yang frustasi. “Politisi yang frustasi itu mirip ‘ikan tongkol’, isinya tong kosong hanya bikin dongkol,” katanya. 
Melihat ‘perseteruan’ makin sengit, Partai Gerindra ikut-ikutan bersuara. Ketua Fraksi MPR Gerindra Martin Hutabarat melihat, percekcokan soal ikan merupakan tanda-tanda bahwa koalisi di Senayan segera berakhir. “Semuanya itu akan berakhir pada saat ‘ikan paus’ muncul. ‘Ikan paus’ akan menelan ‘ikan salmon’, ‘ikan teri asin’, ‘ikan piranha’, ‘ikan tongkol’, hanya tinggal tunggu waktu saja ‘ikan paus’ datang,” ujarnya sambil tertawa. He...he..he... aya-aya wae nya, politisi senayan punya bakat lain ternyata :).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar